Izinkan kita menggunakan analogi azan. Kita semua maklum bahawa azan sebagai suatu praktis keagamaan tetap bergema sejak dari Bilal r.a. dipilih Rasulullah saw melaungkannya sehinggalah ke hari ini. Azan adalah "religious presence" yang tidak dapat dikalah dan disenyapkan.

Nada kesaksian (pengakuan akidah mempercayai Tuhan Yang Maha Esa serta keRasulan Muhammad) anjuran, peringatan dan harapan, semuanya terkandung dalam azan. Ia bukan saja dilaungkan pada masuknya setiap waktu solat, juga dikala suka dan duka umat Muhammad. Meskipun mungkin banyak yang tidak menunaikan solat tadi, azan tetap akan berkumandang, tanpa takut, tanpa segan dan tanpa ragu.

Inilah simbol kehadiran, kesungguhan dan harapan ("religious presence"). Dan harapan dari praktis agama inilah yang akan menguatkan kita yang mahu menggerakkan visi profetis ( visi keRasulan ) bagi melawan nyahkemanusiaan (de-humanization ) , dengan kesaksian kita untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.